Tanta Ginting. (ist)
Pop.matamata.com - Di tengah meningkatnya sekat sosial, ketimpangan ekonomi, dan erosi
empati, Lembaga Daya Dharma Keuskupan Agung Jakarta (LDD KAJ) mempersembahkan
sebuah ruang bersama untuk menyemai harapan dan membangun solidaritas lintas batas: 'Gerakan Belarasa: He (art) of Compassion and Hope'.
Menurut aktor Tanta Ginting, LDD KAJ memberikan bantuan sosial untuk anak-anak kurang mampu di pesisir Muara Bungin, Bekasi, Jawa Barat.
Berangkat dari program tersebut, akhirnya pihaknya memutuskan untuk membikin drama musikal berjudul 'Mimpi Anak Pesisir' yang disutradarai oleh Memet.
"Aku berperan sebagai guru dalam drama musikal itu dan sebanyak 38 anak-anak dari Muara Bungin itu ikut bermain drama musikal juga," tutur Tanta Ginting di Monumen Nasional (Monas), Gambir, Jakarta Pusat, Sabtu (3/5/2025).
Selain itu kita bekerjasama dengan anak-anak disabilitas dan mahasiswa dari Institut Kesenian Jakarta (IKJ).
"Kita latihan 10 kali, kita memberikan wadah buat mereka anak-anak pinggiran itu untuk bisa berproses berkesenian, menyanyi, nari dan berakting," tegas bintang film 'Soekarno'.
Drama musikal tersebut menceritakan tentang abrasi di Muara Bungin yang setiap tahunnya itu mengalami abrasi hingga 30 meter.
"Jadi bukan soal tentang abrasi saja, tapi juga mengangkat tentang anak-anak yang bermimpi punya cita-cita di segala bidang, kita ingin memberikan wadah yang terbaik buat mereka biar mereka disiplin dan kita berharap mereka mendapatkan yang terbaik," tegas Tanta Ginting.
Bintang film 'Guru Bangsa: Tjokroaminoto' ini berharap mereka bisa menginspirasi anak-anak lainnya di lingkungannya tersebut.
"Saya berharap para penonton bisa melihat potensi anak-anak itu dan anak-anak bisa sukses dalam meraih masa depannya," ucap Tanta Ginting yang memproduseri drama musikal tersebut.
Baca Juga: Tanta Ginting Positif Covid-19, Kangen Berat sama Istri!
Di tempat yang sama, P. Adrianus Suyadi, SJ selaku Direktur LDD KAJ mengatakan 'Gerakan Belarasa' merupakan panggilan moral dan spiritual untuk memberikan manfaat positif bagi masyarakat Indonesia.
"Sebuah ajakan untuk melihat kembali wajah kemanusiaan kita dalam cermin belarasa," tegas P. Adrianus Suyadi, SJ.
Dalam satu hari penuh, lintas iman, komunitas akar rumput, pelaku seni, dan publik akan
bersua dalam semangat kasih yang diwujudkan melalui karya, dialog, dan komitmen kolektif.
Kegiatan dibuka dengan Doa Bersama Lintas Agama, melibatkan tokoh-tokoh dari enam
agama di Indonesia.
Sebuah penanda bahwa kepedulian dan belas kasih tidak mengenal
tembok agama maupun afiliasi.
Di tengah dunia yang kerap terpolarisasi, perjumpaan spiritual lintas iman ini menjadi pernyataan tegas: bahwa nurani kemanusiaan tetap menjadi titik temu kita bersama.
"Belarasa bukan sekadar empati pasif. Ia adalah keberanian untuk hadir, untuk terlibat, untuk
bertindak. Bukan demi amal sesaat, tetapi demi perubahan yang bermakna," tambah P.
Adrianus.
Atas dasar beberapa hal tersebut, Gerakan Belarasa perlu digaungkan sebagai aksi
keberpihakan pada nilai-nilai kemanusiaan, keadilan sosial, dan solidaritas lintas batas.
Di tengah berbagai krisis yang kita hadapi baik ekologis, sosial, maupun spiritual, belarasa
adalah narasi alternatif yang menguatkan, menyembuhkan, dan menyatukan.
Selanjutnya, acara ini juga menghadirkan Dialog Kemanusiaan yang mempertemukan
Ignatius Kardinal Suharyo dan Dr. Sukidi Mulyadi, dua sosok yang dinilai memiliki komitmen
kuat pada nilai-nilai spiritual dan keadilan sosial.
Dialog ini menjadi ruang refleksi atas peran belarasa dalam dinamika sosial kontemporer.
Sejumlah kegiatan pendukung turut diselenggarakan untuk merayakan keberagaman ekspresi
kemanusiaan, diantaranya;
1. Pameran dan Bazar Belarasa Kita, menampilkan karya komunitas dampingan dan
kelompok difabel
2. Pemutaran film dokumenter dan pertunjukan teater musikal, kolaborasi antara warga
dan seniman, termasuk aktor dan musisi Tanta Ginting
3. Pernyataan dukungan dari mitra masyarakat sipil, tokoh publik, dan sektor swasta,
sebagai tanda komitmen bersama untuk Belarasa. Oleh karena itu, LDD KAJ mengundang seluruh lapisan masyarakat untuk hadir, terlibat, dan bergerak bersama. Karena dalam setiap tindakan kasih yang sederhana, tersimpan kekuatan besar untuk mengubah arah zaman.