Pop.matamata.com - Simak, Ini Arti Marhaban ya Ramadhan dan Ahlan Wa Sahlan Ya Ramadhan!
Saat bulan Ramadhan tiba, sering kali kita mendengar kalimat "Marhaban Ya Ramadhan" dalam berbagai bentuk, baik itu tulisan atau seruan. Ungkapan itu biasanya ditujukan sebagai sambutan kepada bulan suci yang telah ditunggu-tunggu kedatangannya oleh umat mulsim. Tak hanya Indonesia, namun seluruh dunia.
Lantas, apasih sebenarnya arti "Marhaban Ya Ramadhan"? Atau mengapa kita mengunakan ucapan "Marhaban Ya Ramadhan" bukan "Ahlan Wa Sahlan Ya Ramadhan"? Padahal keduanya memiliki arti yang sama yakni "Selamat datang"?
Baca Juga: Buka Puasa Sambil Direkam, HP Atta Halilintar Malah Dilempar Sepatu sama Ameena: Astagfirullah
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata marhaban diartikan dengan kata seru untuk menyambut atau menghormati tamu, yang sederhananya berarti "Selamat Datang". Menurut M. Quraish Shihab dalam bukunya yang berjudul Lentera Hati, para ulama menggunakan kata marhaban –dan bukan ahlan wa sahlan– untuk menyambut bulan Ramadan karena ada perbedaan dalam artinya.
Ahlan terambil dari kata ahl yang berarti “keluarga”, sedangkan sahlan dari kata sahl yang berarti “mudah” (sahl juga berarti “dataran rendah” karena mudah dilalui oleh para pejalan kaki, tidak seperti tanjakan tinggi). Selain itu dalam ungkapan Ahlan wa sahlan yang artinya juga selamat datang, terdapat ungkapan tersirat yaitu (kamu berada di tengah-tengah) keluarga dan (melangkahkan kaki di) dataran rendah yang mudah.
Marhaban, diambil dari kata rahb yang berarti “luas atau lapang”, sehingga marhaban menggambarkan bahwa tamu yang datang disambut dan diterima dengan dada lapang, penuh kegembiraan serta dipersiapkan baginya ruangan yang luas untuk melakukan apa saja yang diinginkannya.
Baca Juga: Dimomong Indra Priawan, Baby Izz Main Perosotan sampai Ngejengkang: Gak Ditolongin?
Marhaban Ya Ramadhan, “Selamat datang Ramadan”, berarti:
Kami menyambutmu dengan penuh kegembiraan dan telah persiapkan untukmu tempat yang luas agar engkau bebas melakukan apa saja, yang berkaitan dengan upaya mengasah dan mengasuh jiwa kami.
Marhaban Ya Ramadhan, kami menyambutmu dan siap untuk melakukan apa saja demi memperoleh kemuliaan dan kebaikan itu. Marhaban Ya Ramadhan, selamat datang tamu agung yang jika dianalogikan, tamu agung yang berkunjung ke satu tempat, tidak akan datang menemui setiap orang di lokasi tersebut walaupun setiap orang disana mendambakannya.
Baca Juga: Jadi Kandidat Nominasi Piala Maya, Dialog Kumur-Kumur Gabriel Prince Diungkit: Dia Ngomong Apa?
Sedangkan Ramadhan terambil dari akar kata yang berarti ”membakar” atau “mengasah” Ia dinamai demikian karena pada bulan ini dosa-dosa manusia pupus, habis terbakar, akibat kesadaran, dan amal salehnya. Bulan Ramadan juga diibaratkan sebagai tanah subur yang siap ditaburi benih-benih kebajikan. Semua orang dipersilakan untk menabur, kemudian pada waktunya menuai hasil sesuai dengan benih yang ditanamnya.
Marhaban, kami bergembira dengan kedatanganmu, karena seperti sabda Rasul SAW: “Seandainya umatku mengetahui (semua) keistimewaan Ramadan, niscaya mereka mengharap agar semua bulan menjadi Ramadan.”
Di bulan Ramadan ada qadr, malam penentuan yang akan menemui setiap orang yang sudah mempersiapkan diri dengan sebaik baiknya sejak dini pada waktu yang telah ditentukan, yaitu 10 malam terakhir di bulan Ramadan. Kebaikan dan kemuliaan malam Lailat Al-Qadr hanya bisa diraih oleh para pejuang tangguh yang khusyuk beribadah di siang hari dan menghidupkan 10 malam terakhir dengan beribadah mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Marhaban Ya Ramadhan, kami menyambutmu dan siap untuk melakukan apa saja demi memperoleh kemuliaan dan kebaikan yang telah dijanjikan. Apakah yang harus dipersiapkan untuk menyambut bulan agung ini? Jiwa yang suci dan tekad membaja untuk berperang melawan nafsu, menghidupkan malam dengan sholat dan tilawah Qur-an, dan siangnya dengan beribadah kepada Allah melalui pengabdian kepada masyarakat, bangsa dan negara. Semangaat.