Para Pemain Film 'Menjelang Magrib 2'. (ist)
Pop.matamata.com - Film 'Menjelang Magrib' tiga tahun lalu mengalami kesuksesan dengan meraih hampir 600 ribu penonton.
Kini, Helroad Films kembali membuat film 'Menjelang Magrib 2: Wanita Yang Di Rantai' dan untuk part 2 ini Helfi Kardit sebagai Sutradara sekaligus Produser dan Penulis menceritakan perihal alur cerita film tersebut.
"Saya makin intens di part 2 dengan cerita yang lebih gelap dan mencekam dan lebih merasakan kultur dan ketimpangan sosial dan ekonomi dengan latar cerita film pada tahun 1920 ketika Indonesia masih menjadi bagian dari jajahan pemerintah Belanda dan masih bernama Hindia Belanda," tutur Helfi Kardit, Sabtu (30/8/2025).
Film ini tetap konsisten mengangkat tema pasung karena tema tersebut bagi Helfi yang menjadi tema utama walaupun nanti Menjelang Magrib ini di buat hingga berjilid-jilid.
"Tema pasung menjadi energi cerita sedari awal saya membuat film 'Menjelang Magrib' ini karena ini berdasarkan pengalaman pribadi saya waktu saya tinggal di daerah sumatera melihat orang yang di pasung di sebuah rumah pasung sebagai bagian cara pengobatan orang yang bermasalah dengan kejiwaan atau mental illness," sambung Helfi Kardit.
Film 'Menjelang Magrib 2 : Wanita Yang Di Rantai' adalah salah satu film yang kuat dengan visinya bukan hanya sekedar film sebagai job bagian dari industri.
"Tapi dengan visi yang kuat dan film ini dan energinya sama dulu saya membuat film Sang Martir tahun 2012 dengan PH Starvision dari film Sang Martir saya mendapatkan beberapa nominasi dari AIFFA (Asean International Film Festival and Award ) Tahun 2023 dan Festival Film Bandung sebagai nominasi penulis cerita.
Bedanya film Menjelang Magrib saya buat dalam genre yang populer saat ini yaitu genre horror. Film Menjelang Magrib yang pertama di buat dengan docustyle genre yang jarang di bioskop Indonesia dan berhasil kompetisi di Molins Film Festival, Barcelona tahun 2022 tapi untuk yang kedua ini di buat normalnya Feature Film," paparnya.
Lokasi shooting film ini di sekitaran kaki gunung dan pedesaan gunung papandayan Garut,Jawa Barat.
Dengan persiapan selama 3.5 bulan dan 28 hari shooting, dari trailer film kita bisa melihat bagian keindahan dan suasana sepi dan mencekam pedesaan pada jaman itu karena sangat minim penerangan.
"Untuk Set rumah dan set lainnya dalam Film 'Menjelang Magrib 2 : Wanita Yang Dirantai' 70% di bangun untuk pendekatan rumah-rumah masyarakat dengan berbagai kelas pada saat itu," ucap Yannie Sukarya sebagai Production Designer.
Baca Juga: Meriam Bellina jadi Perawat di Film 'Agape The Unconditional Love'
Film 'Menjelang Magrib 2' yaitu mengangkat isu kultur, mistis dan tahayul yang saling bertentangan dengan ilmu pengetahuan modern, saintifik dan fenomena mistik dalam artian bukan hanya tentang teror setan-setanan penggemar film horor wajib menjadikan film 'Menjelang Magrib 2: Wanita Yang Di Rantai' menjadikan salah satu list wajib untuk di tonton pada tanggal 4 September 2025 secara serentak di seluruh bioskop Indonesia.
"Film ini mengeksplorasi subjek trauma keluarga, isolasi dan keagamaan dengan cara yang gelap dan atmosferik yang bakal meninggalkan kesan mendalam buat penonton, ngeri," tulis Eddie Karsito, Jurnalis, Pengamat Film & Aktor.
Film ini menceritakan dengan latar belakang tahun 1920, pada masa Universitas Stovia era Hindia-Belanda melahirkan lulusan kedokteran diantaranya juga para pribumi.
Cerita di awali oleh dokter muda lulusan stovia bernama Giandra (Aditya Zoni) membaca koran javasche courant tentang seorang gadis di desa karuhun yang di pasung, pada masa itu pemasungan orang yang di anggap punya masalah kejiwaan adalah bagian dari cara penyembuhan dari penyakit kejiwaan.
Pengobatan secara mistik yang di tangani seorang dukun ini sangat bertentangan dengan Giandra sebagai seorang dokter.
Gadis yang di pasung ini bernama Layla (Aisha Kastolan) dan berita di koran itu di tulis oleh Rikke (Aurelia Lourdes) seorang jurnalis keturunan mix Belanda dan Pribumi.
Giandra memutuskan menemui Layla di desa Karuhun,desa yang jauh dari kota untuk mencapai tujuan desa Karuhun Giandra harus naik pedati (kendaraan yang di tarik oleh kerbau ).
Sesampai di desa Karuhun Giandra di sambut oleh Rikke yang juga penasaran dengan kedatangan Giandra ke pelosok desa di kaki sebuah gunung. Rikke juga asli dari desa Karuhun bapaknya seorang Belanda pengusaha perkebunan dan Ibu Rikke seorang pribumi yang dijadikan gundik.
Giandra menemui Layla yang tinggal dengan neneknya (Muthia Datau) dan pada saat malam hari Layla yang sedang di pasung di keluarkan dari rumah pasung oleh Giandra dan menyarankan pada nenek untuk Layla jangan di pasung lagi.
Pada malam ini menjadi malam yang mencekam bagi Giandra karena sosok Layla yang sangat misterius dan mistis mulai meneror Giandra dengan sadis.
Giandra dan Rikke yang juga di temani anjing Rikke bernama Molly mulai mencari penyebab penyakit yang di alami Layla yang ternyata pernah meninggal dan hidup kembali ketika di makamkan.