Profil Bobon Santoso (Instagram/@bobonsantoso)
Pop.matamata.com - Bobon Santoso melakukan program memberikan makan gratis kepada masyarakat Papua. Pada momen itu Bobon melihat ironi yang terjadi di Papua.
Dilihat dari konten Deddy Corbuzier, Bobon yang langsung melihat penderitaan masyarakat Papua. Dia menjelaskan Papua saat ini tertinggal 50 tahun dari wilayah Jawa.
“Gua ke Papua pertama kali ngelihat mereka. Gua udah dikasih tau sama temen tentara di sana lu akan liat Indonesia 50 tahun sebelumnya dan benar terjadi,” ucapnya.
Bobon menyebut ada rasa ketidakadilan yang dirasakan oleh orang Papua. Dia menjelaskan dalam satu kampung tidak ada sekolah menengah pertama.
Karena itu, anak Papua harus pergi sekolah ke kampung lain. Bahkan anak-anak itu harus jalan jauh.
“Gimana kita mau kejar pendidikan kalau SMP nya gak ada,” ucapnya.

Bukan hanya sekolah yang jauh, Bobon menyebut banyak akses jalan yang tak diperbaiki. Karena itu masyarakat Papua sulit untuk mobilisasi.
Dijelaskan oleh Bobon, banyak orang Papua yang menggantungkan hidup dengan negara tetangga, Papua Nugini. Sehingga baginya sulit masyarakat Papua untuk maju.
Dirinya menduga hal ini dilakukan agar masyarakat Papua tak pintar. Sehingga orang Papua tak bisa protes.
Baca Juga: Saipul Jamil Klarifikasi, Tegaskan Dirinya Hanya 'Menghisap': Saya Tidak Melakukan Pencabulan
“Sengaja dibodohi biar gak protes kalau korup,” ucapnya.

YouTuber Bobon Santoso masak besar bersama Satgas Yonif 623/BWU di daerah konflik, Kabupaten Maybrat, Papua Barat Daya. Mereka kompak memasak 1.000 porsi rendang sapi untuk masyarakat Maybrat.
Masak besar tersebut dilaksanakan di Kampung Konja Raya, Distrik Aifat, Kabupaten Maybrat, Senin (8/4). Masak besar dengan Kuali Merah Putih itu menarik perhatian masyarakat.
"Bobon Santoso, content creator ternama di Indonesia bersama Satgas Yonif 623/BWU berkolaborasi untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Kampung Pancasila Konja dengan kegiatan sosial masak besar kuali Merah Putih di Kampung Konja Raya, Distrik Aifat, Kabupaten Maybrat," kata Dansatgas Yonif 623/BWU Letkol Inf Dimas Yamma Putra dalam rilisnya, Jumat (12/4/2024).
Menariknya, proses masak besar tersebut berlangsung di wilayah rawan konflik Maybrat. Hal itu menurut Dimas merupakan tantangan tersendiri.
"Kegiatan masak besar ini mempunyai tantangan tersendiri karena di wilayah rawan konflik khususnya di Kabupaten Maybrat," ujarnya.