Ada Lemparan Sandal dan Tuduhan Jual Agama, Rhoma Irama Kenang Tantangan Dakwah Musik Tahun 70-an

Rhoma Irama mengungkap bahwa terdapat gap besar antara dunia musik dan agama di tahun 1970-an.

Rezza Rachmanta | MataMata.com
Jum'at, 28 Juli 2023 | 15:38 WIB
Rhoma Irama. (MataMata.com/Adiyoga Priyambodo)

Rhoma Irama. (MataMata.com/Adiyoga Priyambodo)

Pop.matamata.com - Rhoma Irama baru-baru ini mengenang tantangan dalam berdakwah melalui musik. Raja Dangdut tersebut mengaku bahwa ia sempat menjumpai "hujan sandal" hingga tuduhan menjual agama.

Pernyataan tersebut disampaikan Rhoma Irama saat menghadiri Kongres Budaya Umat Islam Indonesia yang digelar oleh MUI pada Rabu (26/07/2023).

Menurutnya, menggabungkan dakwah dengan musik tak semudah zaman sekarang. Terdapat suatu periode di mana masyarakat serta seniman tak memasukkan agama. Rhoma Irama mengungkap bahwa terdapat gap besar antara dunia musik dan agama di tahun 1970-an.

Perlu diketahui, Rhoma Irama sudah mendirikan Soneta Group pada 1970. Sang Raja Dangdut lantas meresmikan semboyan "Voice of Moslem" (Suara Muslim) untuk Soneta Group pada 13 Oktober 1973. Dengan deklarasi tersebut, maka Rhoma Irama melabeli Soneta Group sebagai grup untuk berdakwah di dunia musik. Tantangannya cukup besar mengingat penonton saat itu justru menghina apabila terdapat unsur-unsur agama di dalam musik.

"Dakwah pertama saya di musik itu yaitu mengucapkan Asslamu'alaikum di pentas musik. Tempatnya dulu di Ancol, yang belum seperti sekarang. Ketika saya mengucapkan 'Assalaamualaikum warahmatullaahi wabarakatuh' langsung ada hujan sandal dan hujan lumpur. Ada teriakan 'hei bukan masjid hei','hei bukan majelis taklim' begitu," ungkap Rhoma Irama.

Rhoma Irama dan Soneta Group feat Trio Lestari meriahkan Prambanan Jazz 2023 pada Jumat, 14 Juli. (Prambanan Jazz Festival)
Rhoma Irama dan Soneta Group feat Trio Lestari meriahkan Prambanan Jazz 2023 pada Jumat, 14 Juli. (Prambanan Jazz Festival)

 

Menurut sang Raja Dangdut, seniman yang dekat dengan agama justru akan diolok-olok. Narkoba dan pergaulan bebas akrab di dunia seni zaman dulu. "Ketika saya bermusik, saya merasa resah. Seniman itu dulu kalau salat akan menjadi aib. Istilahnya nggak nyeniman. Mereka akrab dengan narkoba dan pergaulan bebas," sambung sang Raja Dangdut dikutip dari YouTube Rhoma Irama Center.

Meski mendapatkan tantangan pada tahun 1970-an, Rhoma Irama justru mempunyai keberanian untuk berdakwah dengan musik. "Ada gap yang besar antara agama dan musik saat itu. Maksudnya ini adalah suatu hal yang tidak mudah. Tetapi entah kenapa saya punya keberanian untuk melabeling Soneta untuk berdakwah. Saat itu tercipta lagu 'La Ilaha Illallah'. Intronya ada surat Al-Ikhlas," ungkap Rhoma Irama menjelaskan.

Ayah dari Ridho Rhoma tersebut mengaku bahwa dirinya sempat dianggap kontroversial. Rhoma Irama dan Soneta Group pernah dituduh menjual agama dan ayat.

"Saat itu juga ramai media-media. Rhoma Irama mendendangkan Alquran, Rhoma Irama menjual ayat Alquran, Rhoma Irama menjual agama. Sampai saat itu saya diundang MUI, kantornya masih di Kemayoran. Semuanya kumpul, ada ulama dan wartawan. Kita bacakan surat Al-Ikhlas, tapi tanpa musik, hanya ada suara angin. Lalu kami bernyanyi. Setelah mereka mendengar lagu, saya dapat izin dari ketua MUI saat itu," ucapnya.

Baca Juga: Lirik Lagu Ajojing - Rhoma Irama feat Rita Sugiarto

Usai mendapatkan dukungan ulama, Rhoma Irama kembali melanjutkan dakwah di dunia musik. Perlahan namun pasti, Rhoma Irama menyampaikan bahwa masyarakat dapat menerima lagu dangdut dengan unsur-unsur agama yang mengajak kepada kebaikan.

×
Zoomed
Berita Terkait TERKINI